Tuhan yang
maha kuasa telah menciptakan alam semesta untuk dijaga dan di rawat, karena
Jika tidak dijaga dan dirawat penghijauan-penghijauan yang ada di alam ini akan
menjadi kurang indah untuk dilihat. Penghijauan yang begitu indah dapat
memberikan kesejukan mata bila dipandangnya serta dapat menenangkan pikiran.
Sungguh beruntung masyarakat Tegallinggah masih mempunyai alam yang begitu
menakjubkan, seperti masih adanya sungai yang airnya begitu bersih dan jernih
serta masih banyak penghijauan yang ada di sekitarnya.
Masyarakat
Tegallinggah dapat memanfaatkan air sungai tersebut untuk hidup. Diantaranya,
dapat dimanfaatkan untuk mandi, mencuci, minum, dan lain sebagainya. Sungai
tersebut berdiri sejak zaman dahulu, sebelum ada jepang menjajah ke Indonesia,
yang dalamnya sekitar kurang lebih 15 meter, dan di dalamnya memiliki
batu-batuan yang begitu besar, sehingga masyarakat Tegallinggah begitu nyaman
untuk mandi, mencuci dan lain sebagainya serta bersyukur kepada Tuhan yang Maha
Kuasa, karena adanya sungai tersebut.
Beberapa masyarakat Tegallinggah
diantaranya yang bernama Ibu Misnah, Ibu Hajar, dan Dadong Cek Amsikah, mandi
sekaligus mencuci pakaian di sungai. "Sungai ini merupakan bagian dari
hidup kami, jika tidak ada sungai ini mungkin kami serta masyarakat lainnya
tidak bisa hidup" ungkapnya.
Dong Cek amsikah (69 tahun) salah satu
masyarakat Tegallinggah setiap pagi dan sore hari rutin kesungai untuk mandi
sekaligus mencuci pakaian. Sambil mencuci ia menceritakan bahwa di sungai
tersebut ada satu batu yang sangat besar berbentuk perahu, yang tingginya
kira-kira kurang lebih 4 meter dan lebarnya 10 meter. "Memang batu
tersebut sudah ada sejak zaman penjajahan jepang, seiring berjalannya waktu
batu tersebut lama-kelamaan tumbuh besar, sehingga masyarakat Tegallinggah
mengatakan bahwa batu tersebut hidup sampai sekarang" ceritanya.
Kendala yang dialami selama mandi di
sungai yaitu masalah cuaca dan jarak ke sungai (sekitar 15 meter). Jika
cuacanya mendung serta hujan deras, sungai tersebut belabar serta banyak sekali
kotoran-kotoran yang ada di sungai, sehingga menyebabkan air sungai yang begitu
jernih menjadi kotor, "maklumlah nak masyarakat yang ada di Tegallinggah
ini selalu membuang sampah ke sungai," ungkapnya serius.
Diakhir pembicaraan kami sempat
bercanda, tanpa sadar menanyakan apakah Dong Cek berkeinginan untuk membuat
eskalator, agar tidak capek berjalan ke sungai? Jawabannya sungguh menakjubkan
"saya tidak mau, lebih baik berjalan dari pada menggunakan eskalator.
Karena, dengan kita berjalan tubuh kita menjadi sehat" ungkapnya tegas.
Kini Dong Cek Amsikah hanya bisa berharap bahwa sungai yang ada sejak zaman
dahulu ini bisa dilestarikan, dirawat
dan dijaga.
Makasii deh,
BalasHapusLumayaan.. Postingannya buat nambah2in data ;)