Senin, 31 Desember 2012

Dahsyatnya Kedermawanan Nabi


            Nabi dalam agama islam adalah salah seorang yang diutus oleh Allah SWT, atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Nah, anda pasti tau apa yang dimaksud dengan kedermawanan, kan? Kedermawanan adalah salah satu akhlak mulia Rasulullah SAW yang bisa dijadikan panutan. Sifat kedermawanan beliau salah satunya selalu membantu mereka yang membutuhkan. Rasulullah SAW berusaha membantu semua orang miskin yang meminta padanya, walaupun beliau sendiri hidup dalam kesederhanaan.
            Rasulullah SAW bukanlah seseorang yang banyak harta dan kaya raya. Beliau hidup dengan sangat sederhana. Walaupun dengan demikian, Rasulullah SAW tetap saja selalu memberi apa yang dimilikinya untuk orang yang membutuhkan. Rasulullah adalah seorang yang sangat sayang kepada orang-orang miskin. Beliau tidak pernah menelantarkan orang miskin apalagi menyakitinya.
            Rasululullah sangat murah hati, di dunia ini tidak ada orang yang lebih murah hati dari pada beliau. Beliau tidak pernah menolak siapa pun yang menginginkan sesuatu dari beliau dan membiarkan mereka pergi dengan tangan hampa. Suatu hari ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah untuk meminta-minta, lalu beliau memberinya. Keesokan harinya, laki-laki itu datang lagi, Rasulullah juga memberinya. Keesokan harinya, datang lagi dan kembali meminta, Rasulullah pun memberinya. Keesokan harinya, ia datang kembali untuk meminta-minta Rasulullah lalu berkata, "Aku tidak mempunyai apa-apa saat ini. Tapi, ambilah apa yang kau mau dan jadikan sebagai utang ku, kalau aku mempunyai sesuatu kelak aku yang akan membayarnya".
            Umar yang saat itu sedang berada di sana, tidak sependapat dengan perilaku Rasulullah, ia pun lalu berkata, "Wahai Rasulullah janganlah memberi di luar batas kemampuan mu". Rasulullah tidak tidak menyukai perkataan umar tadi, saat mendengar perkataan umar itu, Rasulullah pun tidak menyukainya. Salah seorang yang ada di sana memahami hal itu dan berkata, "Ya Rasulullah, menurut pendapat ku, kau harus memberinya lagi. Rasulullah senang mendengar kata-kata itu. Sambil tersenyum beliau menatapnya dan berkata, "Kau sudah mengungkapkan kebenaran. Aku memang diperintahkan untuk melakukan itu".

Asiknya Meniup Terompet Saat Tahun Baru


       Teman-teman pasti pernah meniup terompet, kan? Terompet adalah permainan yang sangat mengasikkan. Di samping itu, permainan terompet tidak susah untuk dimainkan, hanya dengan meniupnya saja, setelah itu pasti akan keluar bunyi seperti ini "prrruuuuttt".
            Meniup terompet sangat asik untuk ditiup, apalagi saat malam tahun baru. Karena, dengan kita meniup terompet pada saat malam tahun baru pasti suasana yang sepi berubah menjadi ramai kedengarannya.
            Terompet ini cukup unik. Bagian atas kelihatan kecil dan panjang sedangkan bagian bawahnya kelihatan besar, persis berbentuk seperti kerucut. Terompet ini terbuat dari kertas karton dan diselimuti dengan kertas kado yang berwarna warni, serta diisi rembe-rembe di bawah agar kelihatan cantik dan menarik.
            Terompet ini bisa dimainkan di mana saja, apalagi saat ngumpul dengan keluarga pasti akan terasa lebih asik dan seru dalam meniup terompet. 

Kamis, 27 Desember 2012

Tradisi Kehidupan Masyarakat Tegallinggah



            Tegallinggah memiliki tradisi yang unik, seperti tradisi demokrasi. Seperti turun-temurun, desa Tegallinggah memiliki penduduk sekitar 4000 jiwa, yang adanya kesepakatan tak tertulis yang menyatakan bahwa kepala desa dijabat secara bergantian antara umat Islam dan umat Hindu, serta penduduknya yang hampir seimbang (40% Islam). Pelaksanaan kesepakatan itupun unik, apabila dalam satu periode kepala desa dijabat oleh umat Hindu, maka wakil kepala desanya diserahkan kepada umat Islam. Periode selanjutnya, giliran umat islam yang mengajukan calon kepala desa, sedangkan umat Hindu mengajukan calon wakil kepala desa.
Jadi, dalam pemilihan kepala desa itu, masyarakat diberi paket calon kepala desa beragama Islam dan wakil beragama Hindu. Kalaupun, misalnya ada tiga paket, maka setiap paket pastilah terdiri dari calon kepala desa beragama Islam dan wakilnya dari beragama Hindu, atau sebaliknya. Karena Tegallinggah dalam sejarahnya dibangun secara bersama-sama oleh masyarakat Hindu dan Islam. Masyarakat Hindu datang secara bergelombang dari desa-desa sekitar, sedangkan masyarakat muslim pada saat yang hampir bersamaan, sebagian datang dari desa pegayaman dan sebagian lagi merupakan pemukiman bugis.
Kedua kelompok masyarakat ini membangun sebuah kebersamaan secara turun-temurun dan tinggal bersama dalam tiga dusun (banjar) yakni Dusun Tegallinggah, Dusun Mundukkunci, dan Dusun Gunungsari. Adat istiadat di desa Tegallinggah dibangun berdasarkan pemahaman yang intens antar kedua pemeluk agama. Masyarakat Hindu dapat melaksanakan segala bentuk adat dan budaya mereka dengan aman, begitu juga dengan masyarakat muslim.
Desa Tegallinggah salah satu bentuk kebersamaan yang sangat ideal bagi sebuah permukiman dengan penduduk yang heterogen. Setiap orang dan kelompok masyarakat menghormati perbedaan yang ada di sekelilingnya tanpa larut ke dalamnya, dan juga tanpa usaha untuk menyeragamkan perbedaan itu. Namun, ada banyak hal yang mereka sepakati sebagai agenda bersama seperti keamanan desa, administrasi desa, dll. Sehingga belum pernah terjadi perselisihan yang cukup gawat di desa Tegallinggah. Hampir semua persoalan dapat mereka selesaikan dalam musyawarah desa dengan semangat kebersamaan dalam perbedaan.     

Suasana kehidupan masyarakat Tegallinggah



            Kehidupan bermasyarakat merupakan salah satu interaksi antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, karena manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Nah itu yang terjadi dalam kehidupan mayarakat Tegallinggah. Desa Tegallinggah adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Masyarakatnya terdiri atas beragama Hindu dan Islam.
Desa Tegallinggah mempunyai lima dusun yaitu dusun Tegallinggah, Mundukkunci, Gunungsari, dan Batucandi. Desa Tegallinggah memiliki tanah atau lading yang kering serta sangat luas. Namun masyarakat tegallinggah merasa kerasan tinggal di tanah yang kering dan luas ini (Tegallinggah). Di samping itu, banyak sekali pepohonan-pepohonan yang ada dipinggir jalan membuat masyarakat tegallinggah merasa tidak terlalu panas untuk melewati jalan tersebut saat berpergian. Masyarakat tegallinggah juga orangnya ramah-ramah, walaupun mereka berbeda agama tetapi mereka hidup dengan damai dan saling hormat-menghormati satu sama lainnya. Di samping itu, masyarakat Tegallinggah memiliki dua subak sawah yaitu subak anyar dan subak Tegallinggah masing-masing mempunyai tempat ibadah. Masyarakat Tegallinggah juga memiliki tumbuhan kunci yang biasanya digunakan untuk ramuan obat-obatan (kesehatan) itu terletak di dusun mundukkunci yang wilayahnya berbukit-bukit serta penduduknya juga banyak.
            Sehubungan dengan jumlah penduduk Banjar Dinas Mundukkunci sangat padat serta untuk memudahkan pelayanan masyarakat maka pada tahun 2004 Banjar Dinas Mundukkunci dimekarkan menjadi tiga Banjar Dinas yaitu Banjar Dinas Mundukkunci, Bukitsari, dan Banjar Dinas Batucandi. Letak wilayah Banjar Dinas Bukitsari berada di sebelah selatan Banjar Dinas Mundukkunci dan sebelah utara BD Gunungsari dan daerahnya berbukit-bukit serta terdapat sarana ibadah umat Hindu yaitu Pura Bukit yang disungsung oleh karma adat Mundukkunci.
Banjar Dinas Batucandi terletak di sebelah barat daya Banjar Dinas Mundukkunci dan berbatasan langsung dengan Banjar Dinas Wita Jati Desa Selat, wilayah Banjar Dinas Batucandi terdiri dari tanah yang tandus dan berbatuan. Dusun Gunungsari terletak paling selatan. Dusun ini dulu bekas tanah orang-orang Mudukkunci yang terbuang, kemudian datanglah orang-orang dari Karangasem , Mengwi, Badung, Asah Goblek Taman, Padang Bulia, Muncan yang menempati daerah tersebut. Di samping, tanah dan lading yang kering, namun suasana pada pagi hari di Tegallinggah sangat cerah yang membuat masyarakatnya semangat untuk menjalankan aktivitasnya, dan ketika menjelangnya malam membuat masyarakat Tegallinggah senang akan nikmatnya ciptaan tuhan yang maha kuasa dengan adanya pemandangan yang begitu indah untuk dilihat.      

Rabu, 26 Desember 2012

Pemanfaatan Air Sungai



            Tuhan yang maha kuasa telah menciptakan alam semesta untuk dijaga dan di rawat, karena Jika tidak dijaga dan dirawat penghijauan-penghijauan yang ada di alam ini akan menjadi kurang indah untuk dilihat. Penghijauan yang begitu indah dapat memberikan kesejukan mata bila dipandangnya serta dapat menenangkan pikiran. Sungguh beruntung masyarakat Tegallinggah masih mempunyai alam yang begitu menakjubkan, seperti masih adanya sungai yang airnya begitu bersih dan jernih serta masih banyak penghijauan yang ada di sekitarnya.
            Masyarakat Tegallinggah dapat memanfaatkan air sungai tersebut untuk hidup. Diantaranya, dapat dimanfaatkan untuk mandi, mencuci, minum, dan lain sebagainya. Sungai tersebut berdiri sejak zaman dahulu, sebelum ada jepang menjajah ke Indonesia, yang dalamnya sekitar kurang lebih 15 meter, dan di dalamnya memiliki batu-batuan yang begitu besar, sehingga masyarakat Tegallinggah begitu nyaman untuk mandi, mencuci dan lain sebagainya serta bersyukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena adanya sungai tersebut.
Beberapa masyarakat Tegallinggah diantaranya yang bernama Ibu Misnah, Ibu Hajar, dan Dadong Cek Amsikah, mandi sekaligus mencuci pakaian di sungai. "Sungai ini merupakan bagian dari hidup kami, jika tidak ada sungai ini mungkin kami serta masyarakat lainnya tidak bisa hidup" ungkapnya.
Dong Cek amsikah (69 tahun) salah satu masyarakat Tegallinggah setiap pagi dan sore hari rutin kesungai untuk mandi sekaligus mencuci pakaian. Sambil mencuci ia menceritakan bahwa di sungai tersebut ada satu batu yang sangat besar berbentuk perahu, yang tingginya kira-kira kurang lebih 4 meter dan lebarnya 10 meter. "Memang batu tersebut sudah ada sejak zaman penjajahan jepang, seiring berjalannya waktu batu tersebut lama-kelamaan tumbuh besar, sehingga masyarakat Tegallinggah mengatakan bahwa batu tersebut hidup sampai sekarang" ceritanya.
Kendala yang dialami selama mandi di sungai yaitu masalah cuaca dan jarak ke sungai (sekitar 15 meter). Jika cuacanya mendung serta hujan deras, sungai tersebut belabar serta banyak sekali kotoran-kotoran yang ada di sungai, sehingga menyebabkan air sungai yang begitu jernih menjadi kotor, "maklumlah nak masyarakat yang ada di Tegallinggah ini selalu membuang sampah ke sungai," ungkapnya serius.
Diakhir pembicaraan kami sempat bercanda, tanpa sadar menanyakan apakah Dong Cek berkeinginan untuk membuat eskalator, agar tidak capek berjalan ke sungai? Jawabannya sungguh menakjubkan "saya tidak mau, lebih baik berjalan dari pada menggunakan eskalator. Karena, dengan kita berjalan tubuh kita menjadi sehat" ungkapnya tegas. Kini Dong Cek Amsikah hanya bisa berharap bahwa sungai yang ada sejak zaman dahulu  ini bisa dilestarikan, dirawat dan dijaga.

Senin, 17 Desember 2012

Pemanfaatan Kapuk


         Masyarakat Tegallinggah sebagian besar berkebun kapuk yang dimanfaatkan untuk membuat kasur dan bantal. Proses pembuatan kasur pun sungguh rumit. Seperti, terlebih dahulu mengupas kapuk, setelah itu batu yang ada dalam kapuk dihilangkan sehingga kapuk tersebut bersih tidak ada kotoran. Langkah selanjutnya menyiapkan kain, lalu menjahitnya sebagai dasar pembentukan, serta menghubungkan kain yang satu dengan kain yang lainnya agar kelihatan besar dan bagus. Kemudian, kain tersebut digender agar kelihatan berbentuk seperti kasur. Setelah itu, kain tersebut diisi dengan kapuk, setelah kain tersebut diisi dengan kapuk, maka langkah selanjutnya, pinggir sudut kasur tersebut dijahit agar kelihatan bagus dan rapi.
       Upah pembuatan kasur pun tidak seberapa. Namun masyarakat Tegallinggah dengan semangat bekerja membuat kasur. Adapun salah satu masyarakat Tegallinggah yang bernama Dila Mar Diana yang telah berkeluarga dan memiliki 3 orang anak mengatakan bahwa upah ngender yang ia terima untuk satu kain yang panjangnya 190 cm dengan lebar 120 cm yaitu Rp 3000 dan ia dalam sehari cuman bisa menjahit 3 atau 4 kain. Yang ia rasakan capek luar biasa, namun dengan melihat anak-anaknya semangat yang ia miliki tumbuh kembali agar mendapatkan pemasukkan, dan terus menerus bekerja tanpa mengenal lelah dan putus asa demi menghidupi keluarganya. Selanjutnya ada salah seorang warga masyarakat Tegallinggah yang benama Muhammad Rusly bekerja sebagai pengangkut kapuk, dalam satu karung yang diangkutnya, upah yang ia terima hanya Rp15.000, serta untuk mengupas kapuk dan menghilangkan batu-batunya agar kelihatan bersih, upah yang ia terima dalam satu karung hanya Rp 4000. Sungguh prihatin serta salut melihat masyarakat Tegallinggah begitu giat dan gigihnya bekerja.
            Kemudian, ada salah satu masyarakat Tegallinggah yang bernama Taufik Kurrahim dengan berdagang kasur ia bisa menghidupi kelurganya. Taufik Kurrahim berjualan kasur ke daerah-daerah yang penduduknya ramai seperti Banjar, Singaraja, dan bahkan pernah sampai Kintamani. Ia mengatakan “berjualan kasur merupakan tantangan yang berat”, karena jika tidak berpengalaman dalam berjualan kasur kita pasti tidak mendapatkan untung yang banyak. Di samping itu dia pernah merasa ngeluh karena kasur yang ia jual tidak laku satu pun. Namun, ia teringat akan anak dan istrinya di rumah. Dengan mengingat anak dan istrinya, semangat yang ia miliki tumbuh kembali dan melanjutkan perjalanan untuk menjual kasur ke daerah-daerah tertentu seperti Kintamani, Banjar, dan Singaraja. Bapak Taufik berjualan kasur dengan mengendarai sepeda motor supra fit, dan ia membawa tiga buah kasur dan lima buah bantal diantaranya bantal guling dua dan bantal biasa tiga buah. Selanjutnya, ia mengatakan ketika musim kapuk banyak sekali penghasilan yang ia dapatkan sekitar Rp 200.000 perhari untung yang ia dapatkan. Apalagi saat musim cengkeh di daerah Kintamani. ia sangat senang dan semangat berjualan kasur, karena kasur dan bantal-bantal yang akan dijualnya, habis laku terjual dengan jangka waktu yang pendek, misalnya dia berangkat jualan kasur sekitar pukul 08.00 dan pulangnya sekitar pukul 12.00. Tetapi, apabila tidak musim kapuk dan cengkeh penghasilan yang ia terima sedikit atau kurang mencukupi.
itulah kehidupan masyarakat Tegallinggah yang memanfaatkan kapuk sebagai pembuatan kasur agar bisa dijual dan mendapatkan penghasilan.